Bandarlampung – Flu Singapura atau yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan flu babi, sebenarnya kehadirannya sudah lebih dari sebulan belakangan ini. Namun, lantaran efek samping flu singapura ini tidak terlalu membahayakan, hingga kasus ini pun dianggap biasa saja.
Data Dinas Kesehatan Lampung, Selasa (7/5/2024), menyebutkan baru 10 kasus flu singapura yang ditemukan di daerah ini. Belum diketahui, apakah sakit flu yang diderita masyarakat Kota Bandarlampung kurun waktu seminggu terakhir, masuk katagori flu singapura atau bukan.
Namun yang pasrti, Pemprov Lampung -melalui Dinas Kesehatan Lampung- mengimbau agar masyarakat mewaspadai penularan flu singapura ini. Khususnya di kalangan anak-anak, mengingat virus tersebut lebih dominan menulari anak.
“Kami imbau, masyarakat untuk selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Rutin mencuci tangan menggunakan sabun (CTPS), sebagai langkah pencegahan utama,” ujar Edwin Rusli, Kepala Dinas Kesehatan Lampung, Selasa (7/5/2024).
Pola hidup CTPS, kata Edwin, kerap kali dilupakan anak-anak ketika mereka makan jajanan di lingkungan sekolah. Hal ini perlu diawasi, agar anak dibiasakan untuk mencuci tangan sebelum makan. “Jaga kebersihan aja pokoknya,” kata dia.
Hal lain yang perlu diupayakan, ujar Kadis, adalah meningkatkan imun (daya tahan tubuh). Caranya, dengan mengonsumsi vitamin. “Vitamin saja sudah cukup. Terpenting, makanan mereka harus dijaga, plus kebersihan,” ungkapnya.
Menyikapi 10 kasus flu singapura yang ditemukan Dinas Kesehatan Lampung, Edwin menilai, jumlah tersebut masih tergolong minim. Meski begitu, adanya jumlah korban tersebut, telah mengindikasikan jika flu singapura sudah masuk ke wilayah Lampung.
Untuk diketahui, flu singapura (Hand, Foot, and Mouth Disease/HFMD), adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus coxsackievirus. Penyakit ini, umumnya menyerang anak-anak usia 1 hingga 10 tahun. Akan tetapi, anak-anak usia sekolah dan orang dewasa pun dapat tertular.
Sedangkan gejalanya, terjadinya demam, sariawan di mulut, ruam pada tangan dan kaki, mual dan muntah, serta merasakan diare. Gejala umum lainnya yang muncul, di antaranya demam, batuk, timbul bintik merah di sekitar rongga mulut, tidak nafsu makan, dan nyeri pada perut.
Sementara penyebabnya, adalah infeksi coxsackievirus strain A16. Yakni, kelompok virus yang merupakan salah satu bagian dari genus enterovirus. Pada mulanya, virus akan menyebar ke jaringan mulut, menuju amandel, kemudian masuk ke dalam sistem pencernaan.
Setelah itu, virus akan menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, hingga timbul gejala-gejala yang terlihat.
Kondisi ini sangat mudah menular dari satu anak ke anak lain melalui kontak langsung dengan kulit penderita.
Selain pula, perabotan yang terkontaminasi virus, luka pada kulit yang pecah, kotoran penderita, atau melalui droplet.
Gejala awal dan penularan flu singapura terjadi sekitar beberapa hari (3–6 hari) setelah virus menginfeksi, kemudian muncul ruam pada kulit pada 1–2 hari setelah gejala awal.
Ruam pada kulit, biasanya akan mengering dengan sendirinya kurang lebih dalam 10 hari dan cenderung tidak menyebar ke orang lain. Meski begitu, virus penyebab flu singapura pada anak bisa hidup lebih lama hingga berminggu-minggu di dalam tinja setelah ruam menghilang.(*)