Banjir Terburuk di Bandarlampung, Gagalnya Manajemen Bencana

Banjir Terburuk di Bandarlampung, Gagalnya Manajemen Bencana
Banjir di Jalan Nunyai, Rajabasa, Bandarlampung. Foto Istimewa

Bandarlampung – Luapan banjir yang melanda sejumlah wilayah kecamatan se-Bandarlampung, Sabtu (24/2/2024) malam, memunculkan spekulasi banyak kalangan jika kepemimpinan Eva Dwiana telah gagal membuat nyaman warganya. 

Sebab, luapan air hujan bermunculan di berbagai lokasi yang notabene merupakan daerah langganan banjir. 

Bacaan Lainnya

Padahal, pada akhir Desember 2023 kemarin, Dinas PUPR Kota Bandarlampung mengklaim telah mengalokasikan dana Rp2 miliar untuk mengatasi sedimentasi kali serta penumpukan sampah di gorong-gorong.

“Banjir kali ini paling parah,” kata salah seorang warga Terusan Nunyai Rajabasa, Minggu (25/2/2024).

Dia mengaku miris saat melihat petugas Damkarmat Bandarlampung mengevakuasi bayi 3 bulan dan seorang lansia yang terjebak banjir, semalaman.

Akan halnya korban jiwa yang ditemukan warga mengambang di arus deras Jalan KH Agung Anang Kecamatan Panjang, semalam. Tubuh lelaki malang tersebut kedapatan hanyut terbawa arus.

Baca Juga  Sebuah Kritik untuk Unila Usai Sarasehan Bersama Media Massa

Hingga kini, belum diketahui identitasnya.Tim SAR gabungan mengevakuasi korban, lalu membawanya ke RSAM Lampung.

Arus deras yang menyeret korban, terjadi karena dia tak kuasa melawan arus air bah, hingga akhirnya tenggelam dan meninggal dunia secara mengenaskan. 

Mendasari bukti lapangan tersebut, lembaga swadaya masyarakat Barisan Anak Lampung Analitik Keadilan (Balak) berpendapat bahwa, banjir kali ini merupakan kejadian luar biasa.

“Ini kejadian luar biasa yang wajib menjadi perhatian kita semua, karena baru kali pertama terjadi di Kota Bandarlampung,” kata Idris Abung, Ketua Balak Lampung, Minggu (25/2/2024).

Disadari atau tidak disadari, kata Idris, bencana banjir kali ini banyak menimbulkan kerugian masyarakat. 

“Padahal, jauh sebelumnya para pengamat lingkungan hidup sudah meributkan soal kawasan resapan airyang kini sudah berubah fungsi,” kata dia. 

Inilah, ujar Idris, yang selama ini dikhawatirkan. “Banjir terjadi dimana-mana. Banyak aliran sungai (kali) yang menyempit dan terjadi sedimentasi, hingga terjadi pendangkalan parah,” kata dia.

Baca Juga  Pemprov Lampung Hadiri Penyerahan Piagam Penghargaan Rekor MURI Gerakan Nasional Pembagian 10 Juta Bendera Merah Putih

Selama ini, menurut dia, tidak pernah ada pemikiran dari Walikota Bandarlampung Eva Dwiana untuk memperbaiki daerah sekitar aliran sungai.

“Miris jika kita melihat besarnya kerugian masyarakat akibat banjir ini. Tidak hanya kendaraan roda dua dan roda empat saja, tetapi juga harta benda milik masyarakat ikut menjadi korban,” ungkap Idris.

Balak mengingatkan Walikota Bandarlampung, agar konsekuen untuk memberikan rasa nyaman kepada warganya. 

“Tapi, kalau sudah begini siapa yang mau bertanggung jawab. Jika hal ini ditanyakan, pemerintah (Pemkot) paling-paling beralasan, ini adalah musibah,” ujarnya.

Bencana banjir, menurutnya, tidak akan mungkin terjadi jika saja pengendalian lingkungan mendapat perhatian khusus dari Pemkot Bandarlampung.

Utamanya, perhatian dari Dinas Pengendalian Daerah Aliran Sungai, Tata Kota dan Dinas Lingkungan Hidup. 

“Saya berharap, Walikota Bandarlampung Eva Dwiana lebih serius dalam menanggulangi dan mengatasi banjir. Jangan sampai menunggu sampai ada kerugian besar di masyarakat,” tandasnya.(*)

Pos terkait