Bandarlampung – Bagi warga Lampung Selatan, erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) masih disikapi biasa. Tak ada gejolak meski dentuman Anak Krakatau sempat mengejutkan mereka.
Namun di Banten, Polda Banten mulai menyampaikan imbauam kepada masyarakat pesisir, agar mewaspadai erupsi Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda. Bahkan, PHRI Banten pun bersiap ‘menyambut’ kemungkinan yang tak terduga ke depannya.
Upaya meningkatkan kewaspadaan itu dilakukan, lantaran aktivitas Anak Krakatau semakin meningkat. Bahkan, letusan susulan GAK kembali terjadi, Rabu (6/12/2023).
Dua kali letusan terjadi pada hari ini. Pertama sekitar pukul 00.06 Wib, disusul kemudian dentuman kedua sekitar pukul 09.54 Wib. Kabidhumas Polda Banten, Kombes Pol Didik Hariyanto menjelaskan, berdasarkan informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), telah terjadi dua kali erupsi.
“Pertama sekitar pukul 00.06 Wib dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 1.000 meter di atas puncak, atau kurang lebih 1.157 meter di atas permukaan laut,” kata Kombes Didik.
Kemudian, erupsi kedua terjadi sekitar pukul 09.54 Wib, dengan ketinggian kolam abu 500 meter di atas puncak, atau kurang lebih 657 meter di atas permukaan laut.
Dan hasil pengamatan visual dan instrumental teramati Gunung Anak Krakatau berada pada Level III (Siaga) mengalami peningkatan aktivitas yang semakin nyata.
Kombes Didik mengimbau para nelayan, termasuk warga pesisir, tidak mendekati GAK atau beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah aktif.
Dari catatan PVMBG, erupsi GAK pada Rabu (6/12/2023), merupakan rangkaian letusan Anak Krakatau yang terjadi sejak Senin (4/12/2023). Aktivitas kegempaan terus berlangsung pada Selasa (5/12/2023), hingga Rabu (6/12/2023) masih terus berlangsung.
Kepala Pos Pantau GAK di Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Andi Suardi mengatakan, pada Selasa kemarin GAK juga terjadi erupsi.
Andi sempat mengimbau warga Pulau Sebesi, yang berjarak 16,5 kilometer dari GAK, untuk mewaspadai jika beraktivitas di laut agar tidak mendekat kawasan gunung.
Arahan Pemerintah
Peringatan waspada sudah disampaikan Polda Banten. Menanggapi imbauan itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banten, Ashok Kumar mengatakan, pihaknya menunggu arahan dari pemerintah.
“Jadi saya sih tidak mau menanggapi itu karena force majeure itu adalah kekuasaan Allah. Jadi kita tidak bisa bikin, manusia tidak bisa bikin. Kalau dari Sana (Allah) kasih, kita tidak bisa diskon. Jadi bencana alam itu bukan buatan manusia. Jadi erupsi, namanya gunung aktif, pasti ada gejolak,” kata Ashok, Rabu (6/12/2023).
Dijelaskan, penginapan dan hotel di sepanjang Anyer-Carita hingga ke Tanjung Lesung, hampir setengahnya penuh dipesan wisatawan untuk libur Natal dan Tahun Baru.
Pemesanan hunian ini, kata dia, tetap ada di tengah imbauan kewaspadaan erupsi Anak Krakatau. “Sudah 30-50 persen jumlah kamar hotel dipesan untuk libur Nataru,” kata dia.
Jika memang tingkat kewaspadaan Anak Krakatau sudah sangat bahaya, menurut Ashok, PHRI Banten akan patuh pada arahan pemerintah. “Jika pemerintah pusat dan daerah sudah menetapkan wilayah Anyer-Carita dan pesisir yang dekat Anak Krakatau ditutup karena erupsi, kami akan patuh,” tandas dia.(*)