Kotaagung – Hanya karena saluran irigasi sawah mengalami pendangkalan hingga pasokan air sawah terganggu, petani di Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, hanya setahun sekali bisa menanam padi.
Persoalan ini menjadi keluhan sebagian besar warga Semaka, utamanya masyarakat Pekon Pardawaras. Produktivitas hasil petani sawah sangat lemah, tidak seperti yang terjadi di daerah lain.
“Ya, mau gimana lagi,” keluh salah seorang petani di Pekon Pardawaras, Minggu (19/11/2023).
Menariknya, hal ini terjadi hanya karena saluran air irigasi sawah tak normal akibat mengalami pendangkalan. Padahal, Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (KPTPH) Kabupaten Tanggamus bisa mengajak petani untuk ‘ngopeni’ masalah ini.
Namun sayangnya, hingga Jumat (17/11/2023) kemarin, pihak KPTPH Tanggamus belum bisa dikonfirmasi. Di sisi lain, para petani pun hanya bisa mengeluh. Ini disebabkan, karena petani tidak ada yang memandu mereka.
“Irigasi tidak berfungsi lagi. Sawah hanya mengandalkan tadah hujan. Kami hanya dapat mengolah sawah setahun sekali,” ungkap petani lain.
Menurutnya, irigasi yang ada di daerah tersebut selama ini digunakan masyarakat sekitar untuk mengairi puluhan hektare sawah. Namun, setelah pendangkalan, puluhan hektare sawah itu tak lagi produktif.
“Pendangkalan ini sudah lama, bertahun-tahun. Kami pernah mengajukan proposal, agar segera diperbaiki. Tapi sampai kini belum ada rencana perbaikan,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan laman Lp, Kabid Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (KPTPH) Tanggamus, Rahmat Hidayat mengatakan, petani di Kecamatan Semaka belum menggarap lahan sawahnya secara keseluruhan.
Pernyataan ini berbanding terbalik dengan keluhan para petani. Sebab, pihak KPTPH Tanggamus beralasan, debit air irigasi selama musim hujan 2023 hanya cukup untuk seperempat total lahan.
Catatan KPTPH Tanggamus, luas lahan sawah di Kecamatan Semaka mencapai 1.371,99 hektare yang tersebar di 22 pekon. Meski sudah beberapa kali hujan, debit air irigasi masih saja kurang, sehingga petugas Persatuan Petani Pemakai Air (P3A) melakukan sistem bergilir dalam pembagian air sawah.
Artinya, saat petani di Pekon Sidomulyo mulai menanam, maka petani Pekon Karangagung harus menunggu giliran pasokan air irigasi. Begitu pula petani lain di Srikuncoro, Srikaton, Sripurnomo, Way Kerap, dan Sudimoro Bangun.
Akan halnya pernyataan Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman. Dia mengatakan, kebijakan melakukan akselerasi percepatan tanam padi terutama pada lahan rawa yang ada di seluruh Indonesia, bertujuan untuk menekan dampak El Nino yang berujung pada impor beras.
“Kebijakan akselerasi tanam ini sangat penting kita lakukan untuk menekan impor yang dilakukan akibat dampak El Nino. Hari ini kita letakkan pondasinya agar ke depan kita bisa swasembada,” ujar Amran di Jakarta, Sabtu (18/11/2023).
Amran berharap, melalui kebijakan percepatan tanam tersebut dapat membuat Indonesia kembali bangkit dengan meletakkan pondasi yang kuat untuk mewujudkan swasembada.
“Saat ini baru 5 ton, tapi ke depan kita akan tingkatkan menjadi 7 ton per hektare. Jadi yang IP nya 1 kita naikkan jadi 2 atau menjadi 3. Semuanya perlu kolaborasi dan kerja keras untuk memaksimalkan lahan rawa yang ada,” ucap Menteri.(*)