Habis La Nina, El Nino pun Tiba

Ilustrasi kemarau/NET

BANDAR LAMPUNG – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengingatkan mengenai potensi munculnya anomali cuaca El Nino pada 2023 yang bisa menyebabkan kebakaran serta gagal panen.

Oleh karena itu, diperlukan upaya antisipatif untuk mencegah adanya krisis pangan, salah satunya dengan menjaga dan menguatkan ketahanan pangan nasional.

Bacaan Lainnya

Diketahui Lampung menjadi salah satu daerah penghasil komoditas pertanian dan lumbung pangan, salah satunya padi yang pada tahun 2021 produksinya mencapai 3,3 juta ton. Pada 2019, wilayah ini memiliki luas lahan baku sawah mencapai 361.699 hektare, dengan 86.000 hektare diantaranya merupakan lahan rawa yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian.

Baca Juga  Bawaslu Lampung Timur Gelar Pelatihan Saksi Pemilu

Potensi besar itu seharusnya dapat terjaga dengan memperhatikan perubahan iklim dan menerapkan manajemen pembagian air dari saluran irigasi.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa Januari 2023 ini adalah puncak hujan tapi kemudian diperkirakan akan terjadi musim kemarau berkepanjangan. Ini karena La Niña melemah sehingga suhu Indonesia memanas pada tahun ini.

“La Niña masih ada, tapi melemah. Tahun ini menjadi netral. Cuaca akan kembali seperti 2019,” kata Dwikorita, Desember 2022 lalu.

La Niña adalah fenomena suhu muka laut di Samudra Pasifik mengalami pendinginan sehingga meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum. Inilah yang juga membuat akhir tahun lalu curah hujan di Indonesia tinggi hingga terjadi banjir di mana-mana.

Baca Juga  Program Makan Siang dan Minum Susu Prabowo-Gibran Meluncur di Lampung

Dwikorita menjelaskan bahwa sebagai negara khatulistiwa berbentuk kepulauan yang diapit dua benua besar dan dua samudra, wilayah Indonesia menjadi perlintasan suhu dingin disertai angin dan awan dalam waktu bersamaan.

Masalahnya, perubahan iklim global membuat penyimpangan dalam fenomena alam. Dulu, badai tropis di belahan bumi selatan atau utara akan berbelok ketika mendekati khatulistiwa tapi kini masuk dan menjadi badai Seroja. Akibatnya, cuaca ekstrem terjadi di Indonesia.

Bila tahun ini La Niña melemah dan suhu naik, maka tahun ini Indonesia berpotensi menghadapi kemarau berkepanjangan. Ini berarti kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan akan terjadi dan harus segera diantisipasi.(DBS/IWA)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan