BANDAR LAMPUNG – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memberikan sinyal harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan khusus penugasan, baik Solar subsidi dan Pertalite (RON 90) akan sulit diturunkan dalam waktu dekat.
Arifin beralasan, meski kini sudah cenderung turun dan di bawah US$ 100 per barel, namun harga minyak masih jauh lebih tinggi dari perkiraan awal atau kondisi awal di kisaran US$ 50 – US$ 60 per barel.
Dia menyebut, bila harga minyak telah turun ke level US$ 50 – US$ 60 per barel, maka ada kemungkinan harga BBM bisa diturunkan kembali.
“Kita lihat dulu deh, kita belom bisa meramalkan kapan ini (harga BBM bisa turun). Kalau minyak itu balik ke misalnya US$ 50 – US$ 60 per barel kita pasti akan menyesuaikan,” ungkap dia, kemarin.
Menurutnya, harga minyak mentah dunia kini juga masih tidak ada kepastian, apalagi baru-baru ini kelompok negara penghasil minyak yakni OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksi minyak dunia sebesar 2 juta barel per hari (bph).
Hal ini sontak membuat harga minyak mentah dunia kembali melejit dari yang pada beberapa pekan lalu sudah turun di level US$ 80-an per barel.
“Baru turun di US$ 85 per barel, Arab sama OPEC+ mangkas produksi 2 juta barel, minyaknya overshot lagi jadi US$ 94 kemudian US$ 95, kemarin US$ 92, tadi naik lagi US$ 94, jadi ini gonjang-ganjing,” ungkap Arifien.
Menteri Arifin mengatakan, meski Amerika Serikat sudah memberikan peringatan kepada OPEC+ dan Saudi Arabia, tapi anggota OPEC+ lebih banyak jumlahnya dan belum tentu mengindahkan peringatan AS tersebut.
“Tapi ini kan OPEC+ ini ada 22 negara yang mendukung pemotongan produksi. Kalau misalnya imbauan Amerika itu bisa didengar ya kita ada harapan untuk harga minyak lebih turun. Tapi kalau dia badung yah susah,” tandasnya.
Perlu diketahui, harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan awal pekan hari ini di tengah kekhawatiran resesi global.
Pada perdagangan Senin (17/10/2022) harga minyak mentah Brent tercatat US$ 92,22 per barel, naik 0,64% dibandingkan posisi sebelumnya. Sedangkan jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya menguat 0,61% ke US$ 86,13 per barel.
Seperti diketahui, sejak 3 September 2022 lalu, pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, salah satunya bensin Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter dari sebelumnya Rp 7.650 per liter. Kenaikan harga ini karena saat itu harga minyak masih tinggi dan beban subsidi negara makin melonjak.
Pada asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) US$ 105 per barel dan kurs Rp 14.700, harga keekonomian Pertalite saat itu disebutkan mencapai Rp 14.450 per liter.
Kini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga kian “babak belur”. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kini nyaris mendekati Rp 15.500 per US$. Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan pada Senin (17/10/2022) di Rp 15.465 per US$, melemah 0,26% di pasar spot. Depresiasi bertambah menjadi 0,29% ke Rp 15.470 per US$ pada pukul 9:03 WIB.(CBC/DBS/*)