Hasani Ajak Pemuda Tak Malu Jadi Petani: “Lebih Baik Tangan Kotor, Uang Bersih”

Bandarlampung — Kepala Kampung Bandardalam, Kecamatan Negeri Agung, Kabupaten Way Kanan, Hasani, mengajak generasi muda untuk tidak malu menjadi petani. Menurutnya, bertani kini bukan lagi pekerjaan yang dipandang sebelah mata, melainkan sebuah profesi yang menjanjikan jika dijalani dengan kreatif dan inovatif.

“Petani zaman sekarang itu keren. Jangan ragu untuk turun ke sawah, ke kebun. Dari sana bisa lahir banyak inovasi dan peluang,” ujar Hasani saat menjadi narasumber dalam Pelatihan Pemuda yang digelar di Pusdiklat Kwarda Gerakan Pramuka Lampung, Rajabasa, Senin (23/06/2025).

Pelatihan ini merupakan program kolaboratif antara Food and Agriculture Organization (FAO) Perserikatan Bangsa Bangsa, Kementerian Pertanian, dan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Kegiatan berlangsung sejak 17 Juni hingga 31 Juli 2025.

Baca Juga  Warga Keluhkan Lambatnya Pelayanan Pemecahan Sertifikat di BPN Bandarlampung

Program ini bertujuan menjembatani kesenjangan generasi di sektor pertanian serta mendorong keterlibatan pemuda dalam dunia agribisnis. Sebanyak 30 peserta dari berbagai daerah mengikuti pelatihan ini. Mereka terdiri dari pemuda tani, mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (Itera), Universitas Lampung (Unila), serta lulusan SMA yang terjun ke bidang pertanian.

Dalam pemaparannya, Hasani yang juga menjabat sebagai General Manager Badan Usaha Pramuka Lampung menyampaikan materi tentang prospek layanan agribisnis, termasuk kisah-kisah sukses sektor pertanian yang terintegrasi dengan pariwisata.

Baca Juga  Kunker Ke Lampung, Ketum AWPI Cek-Ricek Program Pengembangan Organisasi

Beberapa contoh yang disampaikan di antaranya adalah wisata jeruk di Kampung Bandardalam, wisata pantai dan Bumi Perkemahan Tridarmayoga di Lampung Selatan, arena pacuan kuda di Bumi Perkemahan Natar, serta kawasan pertanian dan wisata edukasi di Kotabaru.

Menurut Hasani, keberhasilan sektor pertanian dan pariwisata desa sangat tergantung pada kreativitas serta ketekunan dalam pengelolaannya.

“Lebih baik tangan kotor uang bersih, daripada tangan bersih tapi uangnya kotor,” tegasnya menutup sesi.

Pesan tersebut disambut antusias para peserta, yang diharapkan dapat menjadi agen perubahan di wilayahnya masing-masing. (*)

Pos terkait