Jurus Gilir Air PSDA Lamteng Setelah Tanaman Padi Mati

Ilustrasi jalur irigasi persawahan/NET

GUNUNGSUGIH – Dilaporkan, bahwa penyebab utama sulit masuknya air ke area persawahan di Kecamatan Terbanggibesar, Seputih Agung dan Seputih Mataram adalah karena berkurangnya debit air di Bendungan Way Seputih.

Penyebab itu terungkap dalam rapat yang digelar oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Lampung Tengah, Selasa (17/01/23).

Bacaan Lainnya

Rapat tersebut berkaitan dengan pemberitaan media ini yang melaporkan sejumlah areal persawahan di tiga kecamatan itu mengalami kekeringan. Akibatnya, tanaman padi yang terlanjur ditanam beberapa hari, mati.

Sayangnya, rapat tersebut tidak membahas kemungkinan adanya pemberian bantuan untuk petani yang merugi.

Rapat PSDA fokus membahas langkah antisipasi kekeringan, yakni UPTD diminta melakukan gilir air di jalur irigasi Way Seputih.

“Kita akan lakukan gilir air,” kata Kepala Dinas PSDA Lamteng, Ismail, Selasa (17/1/2023).

Gilir air dari Bendungan Way Seputih dibagi menjadi dua golongan meliputi golongan pertama Kecamatan Seputih Mataram dan Bandar Mataram sedangkan untuk kecamatan Seputih Agung dan Terbanggibesar masuk golongan 2 .

“Jadwal gilir air mulau berlaku pada 13 Januari sampai dengan 12 Februari 2023, dimulai dari Kecamatan Seputih Mataram dan Bandar Mataram,” ujar Ismail.

Ia menjelaskan jadwal gilir air 7 hari masuk di Kecamatan Seputih Mataram dan Bandar Mataram dilanjutkan 5 hari masuk ke wilayah Terbanggibesar.

Baca Juga  Dinkes Lamsel Catat 26 Kasus DBD

“Semua UPTD harus mematuhi dan menyosialisasikan kepada petani yang bercocok tanam di wilayah masing-masing. Apabila terjadi pengambilan air di luar jadwal gilir maka akan ditindak tegas oleh tim investigasi petugas dan pihak berwajib,” kata dia.

Ia berharap semua UPTD dan petugas operasi kendali di lapangan dapat menyosialisasikan kepada semua petani yang terdampak kekeringan akibat debit air Way Seputih yang selalu menurun memasuki musim kemarau.

Ia meminta Kepala Balai Besar Wilayah Seputih agar dapat menganggarkan normalisasi area hulu Bendungan Way Seputih.

“Kami minta normalisasi (pengangakatan) sedimentasi pada saluran primer dan sekunder pada daerah irigasi atau melanjutkan rencana pembangunan waduk Segala Mider yang bertujuan untuk menyuplai debit air ke sungai Way Seputih. Seperti waduk Batu Tegi yang menyuplai air ke daerah irigasi Punggur Utara,” kata dia.

Sebelumnya media ini melaporkan musim kering di Lampung datang lebih awal dan telah mengancam keberlangsungan hidup tanaman padi yang baru saja ditanam petani.

Kondisi terparah terjadi di Lampung Tengah yang merupakan sentra tanaman padi terbesar di provinsi ini.

Dari investigasi terbatas yang dilakukan Haluan Lampung pada Sabtu-Minggu mendapati sejumlah lahan persawahan di Kecamatan Seputih Agung, Terbanggi Besar dan Seputih Mataram ‘sekarat’akibat kekeringan.

Diperkirakan, tanaman padi berusia sangat muda di tiga kecamatan itu akan mati beberapa hari ke depan. Anehnya, kondisi tanah sawah yang sudah retak-retak tersebut kontras dengan volume air irigas yang justru terlihat besar. Diduga, ada masalah pada saluran irigasi utama hingga air irigasi tidak masuk ke lahan persawahan.

Baca Juga  Ekonomi Lampung 2023 Diprediksi Tumbuh 5 Persen

Gubernur Lampung dan Balai Besar Mesuji Sekampung diminta untuk segera mengecek persoalan ini agar ancaman gagal panen tidak meluas.

Agus Budiono, seorang petani di Kurnia Mataram, Kecamatan Seputih Mataram mengungkapkan petani di kecamatan itu ‘kecele’; terlanjur tanam lalu dilanda kekeringan.

Ia pun menunjukkan tanah sawahnya yang retak-retak. “Itu baru berumur 10 hari. Daunnya mulai kuning. Mungkin tak tertolong lagi,” kata Agus, Minggu (15 Januari 2023).

Agus mengaku para petani di Kecamatan Seputih Mataram risau, tak berdaya menghadapi kekeringan itu.

“Yang selamat mungkin petani yang punya mesin bor air. Yang tidak punya mesin bor ya pasrah nungguin datangnya air, entah kapan akan masuk ke sawah, tidak jelas,” kata dia.

Sedangkan Ismail, petani di Dusun 8, Kampung Karang Endah, Kecamatan Terbanggi Besar mengaku sudah sepekan lahan sawah miliknya kering lantaran air dari irigasi WS 11 sudah tidak lagi mengalir.

Daun tanaman padi berusia 6 hari di kecamatan itu terlihat mengering. Tanah sawah pun retak-retak.

“Tinggal menunggu mati. Asli merugi,” kata dia.

Sementara Marzuki, petani di Kecamatan Seputih Agung, mengatakan sawah di Desa Donoarum, Gayau Sakti, Muji Rahayu, juga merugi jutaan rupiah lantaran tanaman padi berusia di bawah sepuluh hari terancam mati.(DRA)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan