Lampung Barat -– Produksi padi di Lampung Barat pada tahun 2025 menghadapi sejumlah tantangan, meskipun tetap mencatat kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2024.
Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DTPH), produksi Gabah Kering Panen (GKP) tahun 2024 lalu mencapai 80.362,1 ton dengan rata-rata produktivitas mencapai 4,8 ton per hektare, naik dari 4,6 ton per hektar pada tahun 2023 lalu.
Namun, target produksi sebesar 97 ribu ton pada tahun 2025 masih memerlukan upaya ekstra mengingat berbagai kendala yang dihadapi.
Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura, Ir.Nata Djudin Amran, penanganan bendungan selama ini hanya bersifat darurat.
“Selama ini, penanganan bendungan hanya dilakukan secara penanganan darurat, makanya bendungan jebol lagi. Seharusnya, penanganannya melibatkan lebih banyak pihak, tidak hanya Dinas Pertanian, tetapi juga Dinas PUPR dan instansi terkait lainnya,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (10/02/2025).
Salah satu tantangan terbesar adalah penurunan ketersediaan pupuk, Nata Djudin Amran menambahkan, meskipun semula direncanakan adanya penambahan pasokan pupuk, nyatanya pada tahun 2025, ketersediaan pupuk justru turun.
Hal ini berdampak signifikan pada produktivitas lahan. Selain itu, faktor alat pertanian yang belum memadai dan cuaca ekstrem turut memengaruhi hasil panen.
Cuaca buruk bahkan menyebabkan beberapa bendungan jebol, mengakibatkan banjir yang merusak lahan pertanian.
“Anggaran menjadi hambatan utama dalam mengatasi berbagai masalah ini. Meskipun ada peningkatan anggaran dibandingkan tahun sebelumnya, jumlahnya dinilai belum cukup untuk menangani infrastruktur pertanian yang memadai dan memastikan ketersediaan pupuk serta alat pertanian modern,” jelasnya.
Nata Djudin Amran menerangkan, Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh (BNS) hingga kini masih menjadi sentra terbesar penghasil Padi di kabupaten bertajuk Negeri Diatas Awan.
“Kedua wilayah ini menjadi penyumbang utama kenaikan produksi padi di Lampung Barat, dengan rata-rata produktivitas 4,8 ton per hektare, Lampung Barat berhasil meningkatkan produksi gabah kering panen menjadi 80.362,1 ton pada tahun 2024,” terangnya.
Di tengah tantangan yang ada, harga gabah kering panen relatif stabil. Pada tahun 2024, harga gabah berkisar di Rp 6.600 per kilogram, tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Stabilitas harga ini menjadi kabar baik bagi petani, meskipun mereka tetap mengharapkan dukungan lebih besar dari pemerintah untuk meningkatkan produksi dan pendapatan.
Untuk tahun 2025, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Barat menargetkan produksi padi mencapai 97 ribu ton.
“Meskipun tantangan tidak kecil, Lampung Barat tetap optimis dapat mencapai target produksi padi tahun 2025,” kata dia.
Target ini dinilai ambisius namun tetap realistis jika berbagai tantangan dapat diatasi. Beberapa langkah strategis yang direncanakan meliputi:
1. Peningkatan ketersediaan pupuk melalui koordinasi dengan pemerintah pusat dan distributor pupuk.
2. Perbaikan infrastruktur pertanian, termasuk bendungan dan saluran irigasi, dengan melibatkan instansi terkait seperti Dinas PUPR.
3. Penyediaan alat pertanian modern untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas lahan.
4. Pelatihan petani dalam menghadapi cuaca ekstrem dan manajemen hama terpadu.
“Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah dan peran aktif petani, daerah ini berpotensi menjadi salah satu lumbung padi terbaik di Provinsi Lampung, sekaligus berkontribusi pada ketahanan pangan nasional,” pungkasnya. (Arya/Rifai)





