Bandarlampung – Dana hibah yang dikucurkan Pemerintah Kota Bandarlampung ke Koperasi Ragom Gawi dinilai kurang.
Koperasi Ragom Gawi pun akhirnya angkat tangan soal pengelolaan bus.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Koperasi Ragom Gawi, Gustam.
Ia mengatakan pihaknya kewalahan dalam mengelola operasional transportasi bus meski pemkot memberikan dana hibah milliaran rupiah.
Koperasi ragom gawi meminta pengelolaan bus tersebut diserahkan ke Dinas Perhubungan Kota Bandarlampung.
“Sudah dari dua tahun yang lalu, kita sudah tidak mau lagi kelola mobil ini, capek,” ujar Gustam saat dimintai keterangan, Jumat (28/07/2023).
Senada, Manajer Koperasi Ragom Gawi, Pujianto mengatakan bahwa dana hibah yang dikucurkan pemkot tidak bisa menutupi biaya operasional bus tersebut.
“Dana hibah itu, tidak bisa mengcover biaya operasionalnya,” ujar Pujianto.
“Harga tiketnya aja Rp2 ribu perorang, kalau sehari itu penumpang yang naik itu cuma 100 orang, berarti cuma dapat 200 ribu perharinya. Sedangkan untuk minyak aja Rl350 ribu, belum lagi kalau tambal ban, ganti ban, boro-boro dapat untung, ini malah rugi,” tambah Pujianto.
Pujianto juga menuturkan bahwa pada tahun 2020 Koperasi Ragom Gawi tidak mendapatkan dana hibah dari pemkot, ia mengaku sopir bus pun tidak dapat digaji pada saat itu.
“Pada tahun itu kita terjadi defisit sekitar 350 juta, gaji supir aja kami yang gaji, dari koperasi,” tuturnya.
Saat ditanya soal dana hibah, Pujianto mengatakan bahwa pihak ragom gawi tak pernah mengusulkan dana hibah, pihaknya hanya meminta dana operasional bus.
“Kami tidak pernah mengusulkan dana hibah, yang kami usulkan itu dana operasional bus, yang tahu itu dana hibah atau bukan itu keuangan,” lanjutnya.(Alb)