Kritik Lambannya Kemajuan Kemajuan Kepariwisataan Lampung, Yusuf Kohar: Kita Butuh Pemimpin yang Memiliki Growth Mindset
MANTAN Plt Walikota Bandarlampung M Yusuf Kohar menyampaikan gagasan besar yang ia sebut dapat melesatkan perekonomian Provinsi Lampung, yakni pembangunan sektor pariwisata yang maju, modern, berkelas nasional dan internasional.
Ia menjelaskan, sektor pariwisata kini menjadi tumpuan pembangunan di berbagai negara, dan kita (Lampung) punya semua potensinya, baik potensi alam maupun geografinya. Masalahnya, tegas dia, potensi besar itu tidak dikelola dengan baik akibat mindset penyelenggara (pemerintah) yang lemah dan tidak fokus pada pembangunan sektor parawisata yang berkelanjutan dan terarah.
“Apa yang kita tidak punya. Sungai, laut dan pantai ada di mana-mana. Gunung ada, dan letak Provinsi Lampung sangat strategis berada di gerbang Pulau Sumatera. Tapi, mengapa semua itu tidak menyumbang banyak pada perekonomian kita?” gugatnya.
Masalahnya, tegas dia, potensi besar itu belum dikelola dengan baik akibat mindset penyelenggara (pemerintah) yang lemah dan tidak fokus pada pembangunan sektor parawisata yang berkelanjutan dan terarah.
Ia berpendapat, pelesatan pembangunan sektor parawisata yang sudah disediakan alam semesta hanya bisa dilakukan oleh penyelenggara atau pemutus kebijakan yang berani dan visioner.
“Kita butuh kepala daerah yang memiliki mindset yang kuat. Mindset itu kan cara berpikir orang dan mindset yang cemerlang itu wajib berpikir berkembang (Growth Mindset). Makanya, berhentilah berpikir fixed mindset,” jelasnya.
Sebab, jelas Kohar, seorang yang memiliki fixed mindset biasanya memiliki sifat menolak tantangan baru, menganggap kerja keras sebagai sesuatu yang sia-sia dan tidak senang menerima kritik.
“Kalau ada orang yang lebih hebat menjadi sangat sinis dan menganggap sebagai ancaman. Sebaliknya growth mindset berpikir berani menerima tantangan dan pelajaran yang belum pernah dikuasai, tidak mengeluh, melihat usaha atau latihan sebagai bagian untuk menjadi mahir, mau menerima nasihat dan kritik membangun serta mendapat insight dari kesuksesan orang lain,” jelasnya.
Kohar memberi contoh pembangunan sektor keparawisata di Kota Palembang yang berupaya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Bumi Sriwijaya dengan melakukan penataan kawasan Benteng Kuto Besak (BKB).
Untuk kepentingan itu, Pemkot Palembang mengalokasikan anggaran dari APBD 2023 sebesar Rp3 miliar untuk menata kawasan BKB tersebut.
Meski tidak memiliki laut, lanjut Kohar, Pemkot setempat berhasil menjadikan Sungai Musi yang membelah Kota Palembang menjadi destinasi yang ramai dikunjungi wisatawan setiap hari.
“Kalau di daerah lain bisa, mengapa di sini tidak. Kan pasti ada masalah di mindsetnya,” sergahnya.
“Jadi kata kuncinya adalah pada mindset pemimpinnya. Tidak cukup hanya sertifikat asesor dan sertifikat kompetensi macam-macam, karena yang penting itu bagaimana mindsetnya, tumbuh atau tidak,” tegas dia lagi.
Ia berharap semua kepala daerah yang dihasilkan Pilkada 2024 memiliki Growth Mindset yang kuat, dan memahami pentingnya MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition).
Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri mengatakan perkembangan sektor wisata di provinsi itu cenderung stagnan karena potensi wisata belum dikembangkan optimal.
Benarkah Potensi Wisata Lampung Belum Optimal Dikembangkan?
“Sangat disayangkan berbagai potensi wisata di Lampung tidak tergarap optimal karena minimnya peran pemerintah sebagai rekan kerja dunia wisata yang dikelola oleh pihak swasta,” katanya saat rapat koordinasi lintas sektoral penyelenggaraan kepariwisataan di Pantai Sari Ringgung Pesawaran, Kamis (4/12/2014) silam.
Menurut dia, potensi yang besar di sektor wisata ini sangat disayangkan apabila tidak memberikan sumbangsih maksimal bagi pembangunan di Lampung.
Ia menekankan, peran pemerintah bukan sebagai penyelenggara wisata, namun guna mendukung dunia swasta melakukan pengembangan wisata di Provinsi Lampung.
“Kami sifatnya memberikan fasilitas terhadap sarana dan prasarana, termasuk kemudahan perizinan usaha wisata, sehingga mampu menarik minat investor di bidang pariwisata,” kata dia.
Ia juga berharap ke depan dengan adanya rapat koordinasi lintas sektoral, dapat dicari persoalan-persoalan yang menyebabkan lambatnya perkembangan sektor wisata di Lampung.
Padahal, ia menambahkan potensi wisata di Provinsi Lampung sangat potensial untuk dijadikan destinasi wisata.
“Liat saja begitu indahnya pantai-pantai di pesisir Teluk Lampung, namun anehnya perkembangannya jalan di tempat,” ujarnya pula.
Bachtiar juga meminta seluruh stackholder dan instansi pemerintah dapat mendukung upaya percepatan pembangunan wisata di daerah ini.
Ke depan, Pemprov akan mengembangkan dermaga marina guna mengakomodasi angkutan laut sekaligus sebagai pengembangan wisata bahari yang sangat potensial.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, yang pada saat itu dijabat oleh Herlina Warganegara menyebutkan pihaknya akan membemtuk tim teknis guna merumuskan upaya-upaya mempercepat pembangunan serta meningkatkan tingkat kunjungan wisata ke setiap destinasi wisata di Provinsi Lampung.
“Rumusan ini akan melibatkan seluruh sektor baik instansi pemerintah maupun holding wisata di Lampung guna memaksimalkan perkembangan dunia ini,” kata dia.
Sayangnya, hingga kini rumusan itu tidak jelas. Pembangunan sektor kepariwisataan tetap saja stagnan alias sulit berkembang. Untuk mengubahnya menjadi baik dan berkembang, Yusuf Kohar mengatakan,” Kita Butuh Pemimpin yang Memiliki Growth Mindset.”
(iwaperkasa)