Mafia Beras: Lonjakan Harga dan Dugaan Monopoli di Lampung

Mafia Beras: Lonjakan Harga dan Dugaan Monopoli di Lampung
Mafia Beras: Lonjakan Harga dan Dugaan Monopoli di Lampung. Foto Antara

Bandarlampung – Mafia, atau monopoli beras yang bermain di Lampung hingga masyarakat lah yang jadi ‘bulan-bulanan’ lonjakan harga.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Lampung pun masih mendalami  dugaan adanya monopoli tersebut. 

Bacaan Lainnya

Padahal, jika kenaikan harga beras di pasaran tidak sampai mendongkrak keuntungan di tingkat petani, maka hampir bisa dipastikan ada pihak tertentu yang sengaja ‘bermain’ di tataran ini. 

Sejatinya, Pemerintah Provinsi Lampung sudah mengetahui bahwa, saat ini harga beras kualitas sedang bertahan di level Rp15.000 hingga Rp15.600 per kilogramnya. Bahkan di beberapa daerah tertentu, tingkat harga sudah melebihi Rp16.000 per kilogram. 

Lantas, akankah KPPU Lampung hanya mengikuti saja ‘gaya bermain’ pola mekanisme pasar? 

Kepada wartawan, Kepala Kantor KPPU Wilayah II Lampung, Wahyu Bekti Anggoro, Rabu (28/2/2024), menyatakan bahwa lembaga tersebut masih mendalami dugaan monopoli.

Pernyataan Kepala KPPU Lampung nyaris sama dengan statemen yang disampaikannya, beberapa waktu lalu. Yakni, masih mendalami. Padahal, secara gamblang Gubernur Lampung Arinal Djunaidi maupun Walikota Bandarlampung, Eva Dwiana pernah menyampaikan, jika stok beras di daerah aman. 

Baca Juga  Arinal Klaim Stok Beras Aman, Masyarakat Teriak Harga Mahal!

Menyikapi ini, Wahyu Bekti Anggoro berpendapat, apabila produsen beras mendapatkan pasokan yang cukup banyak, maka yang seharusnya terjadi adalah petani terlindungi. 

“Kami berharap, kalau produsen beras bisa mendapatkan pasokan banyak, seharusnya petani juga dilindungi dan kesejahteraan itu bisa dirasakan juga oleh petani,” ujarnya.

Untuk itu, kata dia, KPPU Lampung masih perlu mendalami apakah kenaikan harga gabah di tingkat produsen ini menjadi fenomena tahunan yang layak terjadi, atau tidak.

Wahyu menyatakan, bahwa saat ini KPPU Lampung memiliki beberapa kegiatan yang tengah berjalan, untuk memantau kondisi harga dan stok data beras di wilayah Lampung.

Kerja-kerja pemantauan tersebut, kata dia, sudah dilaksanakan selama dua bulan terakhir. Selain beras, KPPU Lampung juga rutin memantau harga  gabah di tingkat produsen.

“Gabah dan beras ini merupakan dua hal yang saling mengkait satu sama lain. Saat terjadi kenaikan harga gabah, maka pergerakan harga beras di tingkat produsen juga akan mengikuti,” jelas dia.

Secara garis besar, bisa dikatakan harga beras tingkat produsen naik karena ada kenaikan harga gabah. “Harga gabah di tingkat produsen saat ini sudah 51 persen di atas HAP (Harga Acuan Pembelian),” ujar dia. 

Baca Juga  Produsen Loncati HET, Harga Beras Melonjak di Pasar

Tingginya harga gabah di tingkat produsen ini, ulas Wahyu, menyebabkan harga beras ikut terdorong naik. 

Mengomentari permasalahan ini, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Ikatan Pedagang Pasar Indonesia ( Ikappi), Reynaldi Sarijowan mengatakan, ada beberapa faktor penyebab harga beras melambung tinggi, hingga kenaikannya mencapai 20 persen. 

Pertama, Reynaldi menduga ada pihak tertentu yang sembunyikan stok. “Ada  pihak-pihak yang sengaja tidak menggelontorkan stok beras premium, sehingga terjadi kekosongan di ritel dan berdampak pula ke pasar,” kata dia.

Kedua, musim panen molor. “Stok beras langka dan mahal, karena musim tanam mundur, sehingga berdampak otomatis ke musim panen ikut molor,” jelasnya. 

Ketiga, Reynaldi menyebutkan, harga beras kali ini tercatat tertinggi semasa pemerintahan Jokowi. “Harga beras naik 20 persen dari kisaran Rp14 ribu per kg menjadi sekitar Rp18 ribu per kg,” jelas dia lagi.

Keempat, Ikkapi telah mendesak pemerintah untuk segera turun tangan untuk mengatasi komoditas pangan utama ini. Tidak hanya menggelontorkan beras Bulog, tapi juga menggenjot produksi di 2024. (*)

Pos terkait