Oleh: Albet Soju
Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang sedang berlangsung di Tulungagung, Jawa Timur diwarnai kericuhan. Keributan ini bahkan dimulai sejak pembukaan Muspimnas tersebut yakni tanggal 17 November 2022.
Keributan disinyalir lantaran berbeda pendapat, selisih paham, bahkan mungkin juga didorong oleh sentimen-sentimen para Rombongan Liar atau yang biasa disebut Romli.
Muspimnas merupakan suatu momen besar para Pimpinan PMII Se- Indonesia untuk menuangkan gagasan serta ide-ide andalannya agar tercipta pengkaderan yang lebih baik lagi kedepannya.
Namun pada momen ini, tak hanya para pimpinan yang sudah mengantongi gagasan saja yang hadi. Tak sedikit juga para Romli ikut serta meramaikan, mungkin momen ini menjadi kesempatan liburan bagi mereka.
Sikap Panitia Pelaksana Muspimnas menjadi bantalan bagi beberapa anggota PMII. Dengan memasang aparat keamanan Kepolisian dan TNI saat kericuhan terjadi, beberapa anggota PMII ini sedikit tersinggung, mereka menilai hal tersebut bisa mencoreng nama baik organisasi, seolah-olah organisasi ini bersifat Anarkis.
Mungkin ini benar dimata Panitia Pelaksana, bagaimana tidak, dalam Forum Muspimnas tersebut diwarnai dengan aksi saling lempar kursi, saling serang, upaya perusakan fasilitas dan tindakan-tindakan yang kurang terpuji lainnya.
Merasa tidak sanggup menghadapi para Romli yang saling melempar kursi, Pihak Panitia Muspimnas pun meminta pertolongan kepada aparat keamanan untuk menghentikan dan mengamankan situasi tersebut.
Jika permasalahannya hanya karena tidak setuju dengan adanya aparat keamanan dilokasi Muspimnas, Saya rasa itu tak perlu menjadi perdebatan, karena menurut saya orientasi dari Muspimnas itu bukan perihal adanya aparat keamanan di lokasi, namun ide serta gagasan yang bermanfaat untuk organisasi harus tetap tersampaikan meski badai menerjang lokasi Muspimnas.
Saya tidak tahu, jika dikemudian hari nanti hal seperti ini hanya dianggap sebagai Dinamika yang sengaja diciptakan dengan tujuan tertentu didalamnya. Namun sayang sekali rasanya jika momen yang sakral ini dipenuhi oleh hasrat politik suatu kelompok.
Wartawan Haluan Lampung Group