PRINGSEWU – Dugaan praktik pungutan liar (Pungli) terjadi di SMP Negeri 1 Pringsewu. Modusnya klasik dan telah menjadi tradisi, yakni pihak sekolah meminta ke orang tua murid sejumlah uang dengan alasan macak-macam, mulai dari sumbungan Infal, sewa gedung, perbaikan musala, dan uang perpisahan. Bahkan meminta sumbangan untuk pensiunan guru.
Berbagai pungutan itu melibatkan pihak sekolah dan komite sekolah.
Tak ayal berbagai pungutan itu membuat orang tua siswa menjerit. Pantas saja, pungutan itu dianggap orang tua siswa mengada-ada, tak berdasar, bahkan orang tua siswa menyebut pungutan tersebut sebuah praktik korupsi yang perlu ditertibkan.
“Bikin kesal saja, kok pihak SMPN 1 seberani itu. Apa mereka pikir kita ini sapi yang bisa diperas-peras dengan alasan kesepakatan pihak sekolah dengan komite,” ujar NA, seorang wali murid, Senin (22/5/23).
Kepada media ini NA mengungkapkan kejengkelannya. Ia tegas mengatakan sangat keberatan dengan berbagai pungutan oleh SMP Negeri 1 kepada orang tua siwa.
Ia menjadi tambah kesal, karena pungutan itu terus ditagihkan ke siswa, sehingga siswa menjadi malu.
“Anak saya kelas 7 semester ini naik kelas 8. Setiap satu minggu sekali pihak sekolah minta uang infak Rp7 ribu. Rinciannya Rp2 ribu untuk pembangunan musala dan yang Rp5 ribu untuk guru yang pensiun,” kata NA, melalui sambungan telwpon, Minggu 21/5/ 2023.
Selain itu, kata NA, untuk pelajar kelas 7 diwajibkan membayar iuaran Rp300 ribu untuk sewa gedung selama satu tahun.
“Ada juga uang perpisah sebesar Rp60 ribu karena bulan kemarin lulusan siswa kelas 9. Pihak sekolah mengadakan acara perpisahan di Hotel Urban Style Pringsewu,” ungkapnya.
Hal senada di ungkapkan HR (38), wali murid kelas 8. Ia mengatakan, sejak anaknya duduk di bangku kelas 7 banyak sekali pungutan yang di lakukan oleh pihak sekolah
“Bentar-bentar duit. Itu sudah jadi tradisi di SMPN 1 Pringsewu. Pening pening, mereka pikir kami mesin uang,” jelas HR.
Sementara itu, NI, juga seorang wali murid, mengaku sudah menyerah. Dia mengaku pasrah karena tidak punya uang lagi untuk membayar semua pungutan tersebut.
“Coba bayangin, anak saya dua sekolah di situ. Kan jadi dobel bayarnya. Duit dari mana,” kata NI.
NI merinci, ia harus membayar uang Infaq musala Rp5000/ minggu, iuran untuk Guru Pensiun sebanyak 5 orang guru. Rp5000/guru.
Kemudian, komite sekolah minta kepada wali murid untuk pemasangan plafon musala Rp25 juta dan uang-uang lainnya.
Ia menambahkan, untuk kelas 9 hasil kesepakatan yang ditandatangani pada berita acara panitia bahwa sumbangan kelulusan seikhlasnya. Tapi faktanya diminta sebesar Rp50 ribu/siswa.
“Itu diminta melalui WAG, serta iuran sampul izajah sebesar Rp 50 ribu,” katanya.
Sementara, perpisahan yang akan diadakan di Urban Hotel untuk kelas 9 siswa di pungut uang Rp200 ribu. Sedangkan untuk kelas 7 dan 8 sebesar Rp60 ribu.
“Sebenarnya, iuaran iuran itu pernah saya sangkal pada waktu rapat ,tapi pihak sekolah terus melaksanakannya,” tegas NI.
Dilain pihak, Mustofa selaku Waka bidang kesiswaan SMPN 1 Pringsewu), saat di konfirmasi media ini membenarkan adanya uang sumbangan, infak dan juga uang sumbangan untuk guru yang pensiun.
Katanya, itu semua untuk memberikan contoh kepada anak didik untuk saling membantu dan juga sebagai tanda terimakasih kepada guru yang sudah mengabdi di sekolah SMPN 1 Pringsewu.(TIM BIRO PRINGSEWU)