Oleh: Iwa Perkasa
PUTRI Candrawathi tidak lagi menangis pada sidang pembacaan tuntutan jaksa, kemarin. Ia cukup memejamkan mata, menahan tangis dan menguatkan diri dengan cara menggenggam tangan sendiri.
Putri memakai baju serba putih, seperti mengesankan dirinya sebagai orang yang bersih (tidak bersalah). Ia banyak menunduk, seperti mengesankan takut menerima kenyataan, bahwa jaksa akan menuntut dirinya dengan hukuman maksimal.
Tapi jaksa nyatanya hanya menuntut dirinya 8 tahun penjara, lalu ia pun menghela nafas panjang. Sulit sulit menduga apakah helaan nafas itu menandakan ia puas atau lega setelah lolos dari tuntutan maksimal kasus pembunuhan berencana.
Kemarin, Putri berhasil menahan tangisnya, tapi ia disoraki, dicela pengunjung yang kecewa. Berikutnya, istri mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo itu akan menghadapi penjatuhan vonis oleh majelis hakim untuk dirinya.
Dan saya menduga, Putri pasti akan menangis, setelah hakim menjatuhkan hukuman untuk dirinya.
Seperti saat Putri disidang saat pemeriksaan dirinya, pekan lalu. Ia menangis, air matanya berlinang di ruang sidang. Jujur saja, saya juga menangis, kalian (mungkin) tidak.
Bagi saya, tak elok membully tangisan seorang perempuan yang terancam terpenjara, lama, karena kesalahannya.
Ia pasti sedih, takut, bahkan merasa bersalah atas perangai buruknya. Tapi, sekali lagi, tak elok memberikan komentar macam-macam. Kecewa boleh, kejam jangan!
Putri (mungkin) bersalah dan sebagian publik telah menghukumnya dengan menyimpulkan tangis Putri adalah sandiwara, lalu publik pembenci bergaya seperti sok tau dengan isi relung hati seorang manusia.
Hak Putri Cendrawati untuk menangisi dirinya, dan kita tak punya hak untuk mencela. Mengapa kita tidak diam saja, ketimbang mengeraskan perasaan yang saya yakin itu tidak kalian suka.
Jujur saja, saya meyakini hati yang menangis dan air mata yang berlinang terjadi alami, tidak mudah diskenariokan dengan sempurna. Lalu kalian seenaknya mengatakan luapan emosi Putri tersebut tidak dapat dipercaya.
Apa hebat kita hingga mampu mengukur ke dalaman emosi manusia.
Putri (mungkin) saja bermasalah dan berusaha mencari cara agar memperoleh hukuman se ringan-ringannya. Biarkan saja hakim memutuskannya.
Cerita Putri (mungkin) karangan belaka, tapi kita sebenarnya tidak tahu apa-apa, kecuali sedikit saja.
Silakan mencoba menangis berpura-pura dengan linangan air mata tak henti di depan kamera dan khalayak banyak orang. Apa kalian bisa.
Putri (mungkin) bersalah. Kita juga!
Pimpinan Redaksi Haluan Lampung