Siapa yang Salah? Camat dan Sekcam Kedondong Nyaris Baku Hantam

Ilustrasi perkelahian/NET

GEDONGTATAAN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pesawaran, hingga kini belum mengambil langkah mediasi antara Camat dan Sekretaris Camat (Sekcam) Kedondong soal masalah di antara keduanya.

Pasalnya, Camat Kedondong Minak Yaqin dan Sekertaris Kecamatan Muntazir sempat cekcok hingga nyaris terlibat baku hantam. Beruntung, aksi kedua dapat diredam pegawai kecamatan lainnya, pada Jumat, 6 Januari 2023 lalu.

Bacaan Lainnya

Keributan kedua pucuk pimpinan di lingkup Kecamatan Kedondong itu diduga akibat buruknya komunikasi dalam menjalan tugas di Pemerintahan Kecamatan Kedondong, yang terjadi sejak tahun 2019 lalu.

Sekretaris Kecamatan Kedondong Muntazir, saat dikonfirmasi membenarkan insiden nyaris duel antara dirinya dengan orang nomor satu di Pemerintahan Kecamatan Kedondong itu.

“Bagaimana saya bisa ikut memajukan pemerintahan yang lebih baik dan bisa melayani masyarakat dengan pelayanan maksimal, jika seorang pemimpin pemerintah kecamatan tidak pernah melibatkan dan menempatkan tupoksi saya sebagai sekcam,” kata Muntazir, dilansir bintang38.id, Minggu (8/1/2023).

Baca Juga  Tak Hanya Prioritas Pembangunan, Pesawaran Akselerasi Ekspor Kopi dan Kakao

Menurutnya, dalam mengambil suatu keputusan kebijakan, Camat selalu berperan tanpa ada koordinasi dengan Sekcam.

“Untuk rapat saja bisa dihitung, paling satu tahun cuma dua kali, apalagi musyawarah untuk mufakat, saya tidak pernah diajak sama sekali, tanda tangan pun saya tidak pernah diminta, terus tupoksi saya sebagai sekcam apa? Emangnya pemerintah kecamatan punya nenek moyangnya,” jelas dia.

Terpisah, Camat Kedondong Minak Yaqin, mengaku, keributan itu hanya kesalahpahaman di internal kecamatan.

“Oh itu, iya memang benar, cuma kesalahpahaman saja di internal kami,” kata dia.

Tragedi dugaan nyaris baku hantam keduanya pun menjadi trending topik di grup WhatsApp Focus Group Discusion (FGD) Pesawaran, pada Minggu (8/1/2023).

Baca Juga  Pj. Bupati Pringsewu Membuka Sosialisasi Pengisian Jabatan Tinggi Pratama dan Pendidikan Anti Korupsi

Berbagai komentar yang cukup kritis dilontarkan oleh anggota group, yang menyayangkan pemimpin kecamatan memberikan contoh kurang baik bagi masyarakat.

“Iya juga kang, mungkin saat ini waktunya pimpinan kita mengambil kesimpulan tegas memisahkan mereka berdua ke tempat yang berbeda, dua-dua nya biar gak terjadi lagi kedua kalinya,” kata salah satu komentar grup.

“Mungkin beberapa faktor penyebab belum berkualitasnya pelayanan publik adalah faktor SDM aparatur, organisasi birokrasi, tata laksana, pola pikir, kinerja organisasi, budaya birokrasi, inovasi birokrasi dan teknologi informasi, perilaku birokrasi, sistem dan strategi pelayanan, kepemimpinan yang transaksional, struktur,” timpal penghuni grup yang lain.

“Bukannya buat kesan yang bagus sebagai pendatang di kedondong ini, malah kaya gini,” tambah salah satu pengguna.(*/MDS)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan