BANDAR LAMPUNG – Hari Sumpah Pemuda bisa dikatakan sebagai penentu kebangkitan demokrasi Indonesia.
Yan Barusal, peniliti Lampung Democracy Studies (LDS) mengatakan, bahwa momentum hari sumpah pemuda harus dijadikan refleksi.
Menurutnya, jika menengok sejarah 94 tahun yang lalu lahirnya kesepakatan para pemuda merupakan manifestasi dari semangat, idealisme, cita-cita dan keluasan pikiran dari pemuda masa itu menciptakan Indonesia setara dan bersatu.
Di tengah perjuangan masyarakat melawan penjajah yang masih bersifat sektoral yaitu mementingkan sukunya masing-masing. para pemuda kemudian berkumpul menginisiasi ide kesetaraan dan persatuan yang berwujud menjadi sumpah pemuda.
“Ide tersebut kemudian mampu dikonsolidasikan ke seluruh pelosok negeri bahkan mancanegara yang akhirnya mampu menyatukan gerakan yang tadinya bersifat kedaerahan menjadi gerakan bersama atas Indonesia,” jelas dia, Jumat (28/10/2022).
Yan mengatakan apa yang dilakukan pemuda dulu mestinya menjadi cerminan bagi semua untuk dapat menjaga dan melakukan hal yang serupa hari ini.
“Jika pemuda dulu bersepakat dan bersatu dalam upaya menciptakan kedaulatan bagi bangsa Indonesia dari kungkungan penjajah. Maka hari ini kita sebagai pemuda harus memastikan kedaulatan tersebut tetap ada dalam NKRI baik kedaulatan dalam ekonomi, hukum dan hak asasi manusia serta politik dan demokrasi,” ungkap dia.
Selain itu anggota bidang pendidikan dan pelatihan LDS itu juga mengatakan, bahwa pemuda hari ini menghadapi tantangan yang begitu berat, misalnya dalam aspek politik dan demokrasi.
Masyarakat masih jauh dari kata berdaulat akibat dari intervensi ekonomi yang begitu kuat sehingga mengakibatkan tereduksinya nilai demokrasi itu sendiri.
Sains dan teknologi yang hadir sebagai buah dari kemajuan pengetahuan juga kerap kali menyumbangkan perselisihan yang berujung konflik di masyarakat.
Seperti apa yang terjadi di ruang publik khususnya sosial media hari ini, isu tentang perbedaan menjadi sesuatu yang sering muncul sebagai pemicunya. perbedaan tersebut bukanlah perbedaan ide dan gagasan melainkan sesuatu yang bersifat sentimentil dan menyasar emosional masyarakat. padahal perbedaan merupakan sesuatu yang pasti di tengah masyarakat yang sangat heterogen di Indonesia.
“ini merupakan masalah kita semua sebagai pemuda untuk bisa kembali merawat persatuan di tengah perbedaan dalam masyarakat. juga menggeser konflik sentimentil menjadi pertarungan gagasan dalam membangun kedaulatan ekonomi, hukum, hak asasi manusia, serta politik dan demokrasi dalam masyarakat,” kata dia.(*)