BANDARLAMPUNG – Tepat pukul 10 malam, Redaksi Haluan Lampung menerima pesan singkat dari Direktur Utama RSUD Abdoel Moeloek, Lukman Pura.
Ia menulis, “Insya Allah baik…besok konferensi pers,” tulisnya menjawab pesan singkat redaksi Haluan terkait progres operasi bayi yang dilakuan tim dokter RSUD Abdul Moeloek, Rabu (15/3/2023).
Pesan singkat itu tentu membahagiakan dan kami putuskan mengabarkan lebih awal mendahului konferensi pers oleh pihak RSUDAM yang baru akan digelar Kamis (16/3/2023) pagi ini.
Operasi pemisahan bayi perempuan kembar siam Aliyah dan Anifah mulai dilakukan pukul 07.00 WIB melibatkan 70 orang dokter.
Kabar tersebut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung, Reihana pada pukul 09.22 Rabu pagi.
Setelah itu haluan lampung kesulitan memperoleh update terkait operasi dan baru memperoleh kabar dari Reihana pada pukul 21.58 WIB.
“Tadi kabarnya stabil,” tulis Reihana dalam pesan WA.
Sayang sekali, dua pejabat itu tidak banyak memberikan keterangan padahal kabar dari mereka sangat ditunggu-tunggu masyarakat.
Sebelumnyam media ini mengabarkan bahwa bayi perempuan kembar siam Aliyah dan Afifah menjalani operasi di RSUDAM Bandarlampung.
Operasi ini diperkirakan akan memakan waktu cukup lama. Sebanyak 70 dokter ahli ambil bagian dalam operasi pemisahan ini.
Diketahui, operasi kembar siam sudah banyak yang berhasil dilakukan oleh rumah sakit di Indonesia, seperti yang pernah berhasil dilakukan oleh RSUD M. Djamil di Padang dan RS Ciptomangunkusumo, Jakarta.
Sedangkan bagi RSUDAM Bandarlampung adalah pertama kali dalam sejarah. “Ini adalah operasi kembar siam pertama di Provinsi Lampung,” ujar Direktur RSUDAM, Lukman Pura, Selasa (13/3/2023).
Diketahui, bayi Aliyah dan Afifah baru berusia setahun. Ia baru saja merayakan ulang tahunnya pada 4 Februari 2023 lalu.
Nama Aliyah dalam bahasa Arab dan Ibrani berarti perempuan mulia, tinggi, dan agung. Sedangkan Afifah beraarti sucim sederhana dan perempuan berbudi luhur.
Tim dokter sudah melakukan persiapan sebelum melaksanakan operasi. Tim dokter berasal dari RSUDAM dibantu dokter ahli berpengalaman dari RSUD dr Soetomo, Surabaya.
Menurut Ketua tim operasi kembar siam, dokter Billy Rosan, durasi operasi bisa memakan waktu kurang lebih 12 jam.
Yang membanggakan, tim dokter utama berasal dari RSUDAM. Adapun dokter yang dimintakan bantuannya dari RSUD dr Soetomo adalah bedah jantung dan bedah plastik.
Dilaporkan bayi kembar siam Aliyah dan Afifah dempet pada tulang dada dan perut. “Yang nempel dada bagian bawah kemudian liver. Sementara organ yang lain terpisah,” ujar dokter Billy Rosan.
Billy berdoa operasi berjalan lancar dan meminta masyarakat ikut mendoakan bayi asal Bunga Mayang, Kotabumi, Lampung Utara ini selamat.
Untuk pemulihan pascaoperasi, Billy mengungkapkan tergantung hasil sesudah tindakan.
“Pemantauan pascaoperasi satu minggu. Walau sudah pulang, tetap kita kontrol setiap bulan sekali,” ungkapnya.
Pemantauan intensif dilakukan paling tidak setahun pascaoperasi. Ini untuk melihat apakah ada komplikasi dari tindakan yang dilakukan.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Lampung, Reihana, berharap operasi tersebut akan berjalan lancar.
Terkait biaya, Reihana menyampaikan semua ditanggung oleh BPJS dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUDAM.
Sejarah Panjang Operasi Kembar Siam di Indonesia: Berawal dari Yuliana dan Yuliani
Operasi kembar siam kemarin oleh 70 dokter di RSUDAM adalah pertama kali di Lampung. Dan, tentu saja kita berharap RSUDAM mengumumkan kabar baik dalam konferensi pers pada Kamis (16/3/2023) pagi ini.
Tindakan operasi kembar siam di Indonesia terbilang langka dan belum semua rumah sakit bisa melakukannya. Namun seiring kemajuan ilmu kedokteran yang maju, banyak operasi kembar siam yang berhasil, bahkan dua manusia yang berhasil ‘dipisahkan’ sehat sampai saat ini.
Operasi kembar siam pertama kali di Indonesia dilakukan pada 1987 lalu terhadap Yuliana dan Yuliani, bayi kembar siam dempet kepala.
Keduanya menjalani hidup normal bahkan berhasil meraih mimpi. Yuliana berhasil meraih gelar doktor, sementara Yuliani menjadi seorang dokter.
Kesuksesan Yuliana dan Yuliani tak lepas dari peran seorang Dokter Padmosantjojo.
Kisah mereka bermula tahun 1987 silam, saat Yuliana dan Yuliani, anak pasangan Tularji dan Hartini dari Tanjung Pinang ini terlahir kembar siam dempet di kepala secara vertikal (kraniopagus).
Kraniopagus adalah kembar siam yang dempet di bagian belakang, atas atau samping kepala, tetapi tidak pada wajah.
Melansir Mayo Clinic, kembar kraniopagusberbagi sebagian dari tengkorak, tetapi otak mereka biasanya terpisah, meskipun mereka mungkin berbagi beberapa jaringan otak.
Kisah Yuliana-Yuliani ini cukup mendebarkan secara nasional, khususnya bagi dunia kedokteran Indonesia. Pada usia 2 bulan 21 hari, tepatnya pada 21 Oktober 1987, Yuliana dan Yuliani mencetak sejarah menjadi kembar siam pertama di Indonesia yang berhasil dipisahkan di Indonesia oleh dokter Indonesia.
Berkat upaya keras yang dilakukan tim dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Yuliana dan Yuliani bisa dipisahkan serta hidup normal.
Adalah Dokter Padmosantjojo, ahli bedah saraf RSCM, yang berperan banyak pada operasi pemisahan si kembar siam. Dengan ketelitiannya, pria kelahiran Kediri, 26 Februari 1937 ini memisahkan selaput otak (duramater) yang berlekatan dengan pisau bedah biasa dan mata telanjang.
Operasi pada 21 Oktober 1987 tersebut jadi tonggak sejarah bidang kedokteran di Indonesia, khususnya bedah saraf. Bagi Padmosantjojo, operasi Yuliana Yuliani menjadi karya adiluhung (masterpiece) dalam kariernya sebagai dokter.
Kini, si kembar siam Yualiana dan Yuliani telah tumbuh dewasa. Yuliani jadi dokter dari Universitas Andalas (Unand), Padang.
Sementara Yuliana adalah doktor ilmu nutrisi dan teknologi di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Yuliana menuturkan, meski pernah menjalani operasi pemisahan kepala dengan risiko tinggi, ia dan kembarannya mampu bersaing dengan anak lain yang terlahir normal di bidang pendidikan. Bahkan, capaian mereka terbilang luar biasa.
Yuliani menyampaikan, operasi pemisahan oleh Pakde, begitu Yuliana Yuliani biasa memanggil Dokter Padmosantjojo, memungkinkan mereka meraih capaian seperti sekarang. Jika tak dioperasi saat itu, amat mungkin ia menghabiskan hidup dengan terbaring karena sulit bergerak akibat kembar siam. Menurut Yuliana, pengalaman hidup menjalani operasi pemisahan membentuk mereka seperti saat ini.
Keberhasilan operasi kembar siam terbaru dilaporkan pada Mei 2022 lalu. Bayi kembar siam asal Sukabumi bernama Queenesha Zahira dan Queenetha Zaina berhasil menjalani operasi pemisahan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Operasi pemisahan yang dilakukan 30 dokter spesialis pada Rabu (25/5/2022) berjalan lancar dengan memakan waktu 3 jam 17 menit. Pasca pemisahan, kondisi Zahira dan Zaina dinyatakan stabil.
Zahira dan Zaina sendiri merupakan bayi kembar siam asal Kabupaten Sukabumi yang lahir dengan kondisi conjoint twins thoracomohalaphagus yakni kondisi dimana bagian perut dan dada dempet.
Selain itu, ada kelainan juga pada organ dalam yakni liver yang menyatu di bagian tengahnya. Oleh karena itu tim dokter RSHS memulai operasi dengan memisahkan dinding dada dan perut. Baru kemudian memisahkan bagian liver yang menempel.
Tidak hanya itu, selaput jantung bayi berusia 11 tahun ini diketahui juga ikut menempel. Namun tim dokter berhasil mengatasi masalah itu hingga proses operasi berjalan lancar.(DBS/IWA)