Kalianda – Letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) hingga Senin (27/11/2023) malam, atau sekitar pukul 20.38 WIB.
Semburan api bercampur debu vulkanik dari gunung yang berada di perairan Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, itu mencapai ketinggian 300 meter di atas puncak atau sekitar 457 meter dari atas permukaan laut.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menginformsikan, bahwa erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 65 milimeter dan durasi lebih kurang 1 menit 20 detik.
“Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal ke arah barat laut,” kata Kepala Pos Pantau GAK di Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi.
Andi mengimbau masyarakat dan nelayan untuk tidak mendekati kawasan GAK pada radius lima kilometer. “Saat ini Gunung Anak Krakatau berada pada level siaga,” katanya.
Letusan Senin malam tersebut, merupakan rentetan darierupsi GAK yang terjadi sejak Minggu hingga Senin pagi (26-27/11/2023) kemarin. Tak dinyana, malam harinya GAK kembali meletus.
Warga Pulau Sebesi yang berjarak sekitar 16,5 kilometer dari GAK, sempat dibuat terkejut dengan suara dentuman tersebut. “Kami sempat panik juga saat mendengar suara dentuman erupsi, disusul kemudian kemunculan pijaran api dibarengi abu vulkanik,” kata salah seorang warga Sebesi, Selasa (28/11/2023).
Pada pagi sebelumnya, kata dia, warga juga sempat mendengar suara letusan hingga beberapa kali. Namun, satu di antaranya terdengar cukup keras. Memasuki sekitar pukul 20.00 Wib, warga mendengar lagi suara dentuman keras.
“Sebenarnya, kami sudah terbiasa mengengar Anak Krakatau erupsi. Tapi yang kali ini, sempat membuat warga was-was. Warga di Pulau Sebesi ini selalu waspada,” ungkapnya.
Material Pijar
Hingga Selasa Selasa (28/11/2023) siang, lontaran material pijar sisa-sisa erupsi masih bermunculan. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau nelayan maupun masyarakat umum, untuk tidak mendarat di Pulau Anak Krakatau.
Sebab, lontaran material pijar yang disemburkan dari perut GAK dapat mencapai garis pantai pulau. “Kami mengimbau, aktivitas pelayaran dan nelayan tidak mendarat di Pulau Anak Krakatau,” kata Ketua Tim Kerja Gunung Api PVMBG, Ahmad Basuki.
Dijelaskannya, sepanjang hari ini (Selasa) periode pukul 00.00 hingga pukul 14.45 WIB, PVMBG melaporkan jumlah letusan GAK yang tercatat sebanyak tujuh kali, dengan tinggi kolom abu bervariasi antara 500 sampai 2.000 meter di atas puncak gunung.
Sebelumnya, pada Senin, 27 November 2023, periode pukul 00.00 WIB sampai 24.00 WIB, PVMBG mencatat ada 60 kali gempa letusan dengan amplitudo 28-85 milimeter dan lama gempa 7-125 detik.
Kemudian, ada 46 kali gempa harmonik dengan amplitudo 12-75 milimeter dan lama gempa 16-532 detik, 21 kali gempa frekuensi rendah dengan amplitudo 10-54 milimeter dan lama gempa 3-11 detik, lima kali gempa fase banyak dengan amplitudo 20-39 milimeter dam lama gempa 5-11 detik, serta empat kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 1-45 milimeter.
Ahmad mengungkapkan, karakteristik Gunung Anak Krakatau umumnya setelah terjadi peningkatan kegempaan yang signifikan akan diikuti oleh erupsi dalam selang beberapa hari hingga satu bulan berikutnya.
Hal tersebut merupakan karakteristik Gunung Anak Krakatau dalam beberapa tahun ini setelah terjadi erupsi yang menyebabkan tsunami pada Desember 2018 lalu.(Dbs)