Penambangan Pasir dan Batu Way Krui Makin Brutal

Penambangan Pasir dan Batu Way Krui Makin Brutal
Penambangan Pasir dan Batu Way Krui Makin Brutal. Foto Ilustrasi

Krui – Pasir dan batu di Sungai Way Krui Kabupaten Pesisir Barat (Pesibar), dikeruk oleh para penambang liar. Aktivitas ini sudah berlangsung cukup lama dan hingga kini masih berlangsung, bahkan cenderung semakin ‘brutal’.

Warga dibuat resah melihat aktivitas tak resmi itu. Warga menduga, ada keterlibatan perusahaan tertentu yang ‘membeli’ hasil pasir dan batu Way Krui, untuk kemudian dikirim ke luar daerah.

Bacaan Lainnya

Dugaan ini memang masih sebatas perkiraan saja, mengingat tak satu pun masyarakat penambang yang mau mengakui jika hasil pengerukan dungai dijual kepada perusahaan.

“Kami mengambil pasir sesuai pesanan. Kalaupun ditimbun di darat, itu hanya stok. Dua atau tiga hari kedepan juga akan diangkut,” kata salah seorang penambang, Minggu (3/12/2023).

Jika dibandingkan dua bulan sebelumnya, aktivitas pengerukan Way Krui boleh dibilang semakin ramai. Jumlah penambang yang menggantungkan penghasilan dari sungai ini, semakin bertambah. Tidak ada data resmi berapa jumlah mereka saat ini.

Baca Juga  Desa Hanura jadi Lokus Penyusunan Finalisasi Grand Design Prodeskel

Namun, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pesisir Barat Mirza Sahri, Minggu (3/12/2023), mengakui jika sumber masalah banjir dan tanah longsor yang terjadi di daerah tersebut, salah satunya, disebabkan oleh penambangan liar pasir dan batu di Sungai Way Krui.

Tak hanya BPBD saja yang menyesalkan kegiatan ini. Warga yang bermukim di tepian Sungai Way Krui juga dibuat resah atas maraknya penambangan pasir dan batu ilegal tersebut.

Menurut warga, penambangan pasir dan batu bisa menimbulkan banjir bandang. Terutama di sepanjang tepian sungai. Runyamnya, aktivitas tersebut seolah dibiarkan oleh pemerintah daerah.

Padahal, Way Krui semakin rusak, hingga tanggul dan lahan perladangan -termasuk sawah- milik warga sekitar yang ada di pinggiran sungai, ambles. Anjar (36), salah seorang warga yang bermukim di daerah bantaran sungai, mengakui aliran Sungai Way Krui sudah tidak seperti dulunya lagi, tenang dan berarus besar.

Baca Juga  Anggota Komisi IX DPR RI Minta Masyarakat Pesibar Paham Akan Sistem BPJS Kesehatan

“Sekarang airnya kecil. Sangat mungkin terjadi pendangkalan, karena pengerusan pasir dan batu singai menyebabkan lapisan tanah di pinggiran sungai terbawa air ke tengah sungai,” kata dia.

Dulu, sambung dia, Way Krui mamang sempat meluap saat hujan mengguyur kawasan itu hingga berhari-hari. Kalaupun banjir besar, katanya, luapan air tidak sampai masuk ke permukiman penduduk, lantaran tepian sungai masih banyak bertebaran batu berukuran besar yang berfungsi sebagai penahan luapan air.

Menanggapi hal ini, Kepala BPBD Kabupaten Pesibar, Mirza Sahri mengingatkan agar masyarakat pernambang pasit dan batu Way Krui memikirkan dampak negatif dari aktivitas mereka. Sebab, kurun waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan kerusakan Way Krui akan semakin parah.

Hal ini, kata dia, tak hanya berdampak pada Way Krui saja. Akan tetapi, dampaknya bakal lebih luas, baik banjir maupun tanah longsor. Sebab, aktivitas penebangan pohon dan pengalih fungsi hutan menjadi kebun dan persawahan, juga bisa menyebabkan bencana lingkungan.(*)

Pos terkait