Pesisir Barat – Nahdlatul Ulama sebagai jantung pergerakan warga NU semakin besar sejurus waktu. Dari majelis ke majelis, dari mimbar-mimbar masjid, pesantren, bahkan sampai surau para Kyai member samai umat.
Dari Ipnu, Ansor, PMII, Fatayat sampai Muslimat, Serta Banom-banom lainya, dari kultur sampai struktur otonom, dari amaliyah, fikrah sampai harakah (tindakan, pikiran dan gerakan), dari problematika sosial keumatan sampai politik kebangsaan (sebagai kargon NU).
Demikian besar dan menjalar Kader-Kader NU hadir bersama sumbangsihnya untuk bangsa, dari era pra kemerdekaan sampai sekarang SIAPA TAK KENAL NU ?
Pun demikian dari setiap konsistensi dan kontribusi NU itu sendiri terdapat anomali, semakin besar semakin “tidak mudah” menjalankan suatu organ. Tentu itu menjadi Stressing PBNU di jl. Kramat Raya Jakarta Pusat (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama).
Namun tidak demikian dengan PCNU di Pesisir Barat Lampung, Majelis kemajelis adalah rutinitas Kyai Pesantren yang sudah lama ada sebelum PCNU ada, Mimbar kemimbar rutinitas risma masjid, surau-surau diisi oleh Kyai-Kyai Kampung yang juga sejak dahulu ada bahkan jauh sebelum bumi sai batin eksis sebagai bagian keresidenan hingga sekarang kabupaten.
PCNU Pesisir Barat adalah sesuatu yang baru di tengah hiruk pikuk sosial politik di negeri sai batin dan para ulama ini, bahkan sedemikian barunya PCNU Pesbar kalau boleh dikatakan “S.O.S” (Sekedar Organisasi Stempel).
Jelas tindak-tanduk PCNU secara organisatoris tidak nampak, sebab secara indrawi sekalipun itu ada, sesuatu yang tak nampak itu berarti itukan tak ada.
Konferensi Cabang Nahdlatul Ulama di depan mata, apa sebenarnya urgensinya?
Apakah sekedar eksistensi organisasi, agar tetap terlihat besar NU ini sampai ketingkat PC hingga Ranting?
Salah satu kader murni NU Pesisir Barat, Heri Kiswanto (HK) menyampaikan Sebagai Warga dan Kader NU berharap sesuatu yang berbeda dari aksi-aksi nyata NU Pesbar ke depan.
Karena kiranya hari ini anggapan *Siapa Tak Kenal NU,* masih hanya sekedar anggapan Kader NU di Pesbar saja.
yang sebenarnya adalah *Siapa Kita* dan *Apa Sumbangsih Kita*, Kita Sendiri Tak Tahu !
Konfercab adalah forum permusyawaratan tertinggi tingkat cabang yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul ulama. Menurut HK kami sebagai aktivis muda NU, konfercab cabang Nahdlatul ‘Ulama kabupaten pesisir barat saat ini memang perlu untuk adanya pergantian nakhoda Agar adanya penyegaran dan regenerasi kepengurusan sehingga marwah dan peran NU di Pesisir Barat lebih bisa dirasakan oleh masyarakat luas khususnya Warga Nahdiyin di Pesisir barat.
Selaku anak-anak muda dan warga NU HK menilai Sudah terlalu lama PCNU Pesisir Barat vakum dan tidak ada sama sekali pergerakan atau geliat layaknya Ormas yg di cita-citakan para Ulama Ahlussunnah Nusantara sejak berdirinya begitu juga identitas NU pun yang lainya.
PC NU pesbar hari ini terkesan hanya menunggu dana hibah. Dan setiap ada momentum dan kegiatan Saja. Nakhkoda PC NU selama ini kami lihat dan kami rasakan lebih mengedepankan Ego serta bersikap otoriter, sepihak dan membuat keputusan sendiri tanpa boleh ada pertimbangan atau masukan dari pihak lain seperti Syuriah yg todak difungsikan, Banom-Banom yang tidak diayomi, maupun pengurus MWC serta Jamaah nya…kita lihat Jalan dengan sendiri-sendiri.
Maka kami selaku Kader Murni serta Banom mau pun anak-anak muda Nu saat ini berkeinginan untuk adanya pergantian kepengurusan tersebut Dan kami berharap untuk kepengurusan kedepannya lebih memperhatikan, mengayomi, Bertindak Sebagai Orang tua yang bijak, Program kerja digulirkan, Pondok² Pesantren terbina, agenda² keummatan bejalan, dan politik kebangsaan diutamakan. Serta jangan sampai menjadikan NU sebagai Organisasi yg tak berharga karena kita tahu NU adalah warisan Para Ulama Ahlussunnah Di Nusantara ini.
Selaku pemerhati perjalanan Nu pesbar, HK menambahkan, bahwa Banom atau anak-anak muda berharap Nama Besar Ini tidak dipegang oleh orang-orang yg tidak faham akan keberadaan, tugas, fungsi dan serta tujuan dilahirkannya NU.
Semoga kepengurusan ke depan Selalu bertanggung jawab atas amanah yg diberikan agar garis dan peran NU sebagai ormas keagamaan yg menganut faham ahlussunah waljamaah , benar-benar menjadi Ormas yg diharapkan masyarakat membawa kebermanfaatan dan mengkaji garis tengah penyelesaian problematika yg ada di tengah masyarakat. (HK)