Sistem dan Kinerja Staf BRI Unit Antasari Dinilai Buruk

BANDAR LAMPUNG – Nasabah BRI Unit Antasari, Purwanto (37), heran pinjaman yang sudah ia lunasi masih terdata terhutang.

Selain itu, ia kecewa dengan sikap beberapa staf BRI Unit Antasari yang dinilai tidak sopan saat melayani nasabah.

Bacaan Lainnya

Kejadian bermula ketika Purwanto ingin mengajukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk modal bisnis kulinernya. Ini merupakan pengajuan pinjaman kedua kalinya.

Pinjaman KUR pertama sudah dilunasi pada 23 Agustus lalu. Namun disayangkan hingga satu bulan lebih namanya masih terdata terhutang KUR aktif di Sistem Informasi Kredit Program SIKP

“Saya bayar sekaligus untuk 5 bulan Rp2.301.932, biar bisa ajukan lagi. Struk dari pelunasan ada. Kata marketing prosesnya tiga hari kerja,” jelas Purwanto, Selasa (4/10/2022).

Kemudian ia menanyakan kepada marketing pinjaman KUR, inisial E, ia tidak mengerti data pinjamannya yang telah lunas masih berstatus terhutang

“E bilang gak tau mengapa di SIKP masih terhutang. Katanya itu sistem. saya mau tanya kemana lagi dia aja gak ngerti? ujarnya.

Berdasarkan keterangan dari kemenkeupedia.kemenkeu.go.id dalam SIKP tidak terdapat mekanisme penghapusan data debitur.

Apabila debitur merasa sudah melunasi KUR dan masih tercatat di SIKP, berarti Bank belum mengirimkan data transaksi pelunasan.

Tidak kunjung mendapat kejelasan ihwal SIKP, ia pun mengikuti saran E untuk mengajukan pinjaman bernama Kece, pinjaman itu nantinya bisa dilunasi ketika menerima dana KUR. Meski ragu akhirnya dirinya terpaksa mengikuti saran E.

“Kalau memang perlu (uang) sementara pinjaman kece, pakai usaha istri aja mas. Nanti dibayar pakai (uang) KUR kalau cair,” katanya menirukan ucapan E.

Baca Juga  PSMTI dan Pemkot Bandar Lampung Salurkan 100 Paket Sembako

Purwanto mulai gelisah, pasalnya pada 27 September 2022, dana KUR yang dijanjikan belum kunjung turun, masih terkendala SIKP.

Khawatir tidak mampu melunasi pinjaman Kece, akhirnya ia terpaksa mengajukan kembali program pinjaman BRI Kupedes atas informasi dari E.

“Ya terpaksa pinjam lagi, ini sama saja gali lubang tutup lubang. Bingung saya,” sesalnya.

Kemudian E meminta ia datang ke BRI unit Antasari melalui pesan WhatApps untuk melakukan pencairan pinjaman Kupedes tanpa menginformasikan prosedurnya.

“Pukul 12.58 WIB saya WA dibalas pukul 14.35 WIB. Bisa ke BRI sekarang,” katanya, membacakan pesan E.

Tiba di BRI Unit Antasari, ia kaget dengan ucapan E yang menyuruh datang bersama istri. Padahal saat berkomunikasi via WhatApps E tidak memberitahukan prosedurnya

“Saya sempet protes, kok gak bilang bawa istri. Dia jawab kayak (nasabah) baru aja. Pegawai yang baik mestinya tidak begitu dong,” ungkapnya.

Setelah mendapatkan nomor antrean, ia berinisiatif menjemput istrinya. Sebelum pergi ia sempat diskusi dengan satpam soal perkiraan waktu panggil antrean.

“Awalnya satpam bilang antrean 22 mungkin dilayani pukul 16.30-17.00 WIB. Karena masih pukul 15.30 WIB, saya jemput istri dan ambil berkas lain,” tuturnya.

Pukul 17.09 WIB, dirinya tiba bersama istri dan anak, ia mengakui antriannya terlewat. Tapi karena melihat staf pencairan masih melayani nasabah ia pun duduk di kursi antrean

Melihat ia duduk mengantre, staf pencairan pinjaman inisial D dihadapan nasabah lain dengan ketus menegurnya dengan nada cukup tinggi untuk kembali besok

“Masnya udah dari tadi, ini udah kesorean. Saya gak nunggu-nunggu ya mas. Besok aja datang lagi, sambil malingkan wajah. Mengusir itu namanya. Apa begitu sikap baik melayani nasabah,” tuturnya, menirukan ucapan D.

Baca Juga  Wali Kota Eva Dwiana : Pejabat Jangan Banyak Tidur, Turun ke Lapangan

Dirinya memohon ke D untuk tetap dilayani karena telanjur datang dengan anak dan istri. D sempat menyuruhnya menelpon E dengan maksud meminta izin untuk tetap dilayani.

“Minta tolong (dilayani) hari ini, saya sudah bolak balik bawa anak istri. Saya bilang gitu. Lewat telpon saya juga bilang ke E. Kemudian Hp saya kasih D. Mereka ngobrol. D yang minta ke E punya saya diurus besok,” katanya.

Keesokan harinya, dirinya kembali mengalami perlakuan tak menyenangkan dari staff BRI Unit Antasari.

Ketika D sedang menyusun berkas pencairan dirinya melalui komputer, tiba tiba seorang costumer service (CS), DN datang dari lantai satu menyela pendataan dirinya. Ia meminta bantuan D melakukan sesuatu di komputer yang sedang dipakai untuk pendataan.

Menunggu terlalu lama, Purwanto pun menegur D untuk menyelesaikan proses pendataan miliknya. Tak disangka DN tidak terima ditegur, dengan ketus DN justru menyalahkannya

Ketika ia dan DN berdebat, dengan nada tinggi dan wajah kecut D berusaha meyakinkannya kalau D sedang melakukan pendataan miliknya dengan menunjukkan monitor komputer yang ia putar ke arahnta

“D lagi ngetik tiba-tiba DN dateng minta D buka tab baru di komputernya. Minta maaf gak, ngomong apapun gak. Awalnya saya sabar. Saya biarin kok mereka sibuk ngobrol. Saya tegur dia malah marah. D bela diri sambil nunjukkan monitor kalau dia kerjain data saya, mungkin saja dia cepat cepat buka data saya, gak profesional,” ujarnya.

Ia berharap BRI unit Antasari dapat lebih mendidik stafnya agar kejadian serupa tidak terulang. Sebab melihat beberapa staf BRI Unit Antasari bersikap kurang sopan saat melayani nasabah.(RED/GO)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan